Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan » Republik Indonesia
Jeddah, Kemendikbudristek – Pendidikan, sebagai hak asasi setiap individu, seringkali menghadapi hambatan, terutama bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di tanah rantau. Penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun pelajaran 2023/2024 di Sekolah Indonesia Jeddah menemukan fenomena yang cukup memprihatinkan, tetapi juga membuka mata banyak pihak tentang pentingnya akses pendidikan yang lebih inklusif.
Di tahun pelajaran tersebut, terjadi lonjakan signifikan dalam jumlah pendaftar siswa baru Sekolah Dasar yang memiliki usia di atas rata-rata. Melalui verifikasi mendalam oleh panitia PPDB, terungkap fakta bahwa ada 30 anak PMI yang berusia antara 10 hingga 17 tahun yang mendaftarkan pendidikan formal pertama kali mereka di sekolah. Di kelas berapa, 30 calon siswa tersebut akan ditempatkan? Apakah di kelas 1 SD? Pertanyaan besar lain yang muncul, mengapa hal ini bisa terjadi?
Ketika ditanya, alasan yang diberikan oleh para orangtua bervariasi. Beberapa di antaranya mengaku tidak mengetahui adanya Sekolah Indonesia di Jeddah. Sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa kesibukan pekerjaan yang memaksa mereka berpindah-pindah tempat kerap kali menjadi hambatan utama bagi pendidikan anak-anak mereka. Alasan lainnya yakni ketiadaan biaya untuk transportasi dari rumah ke sekolah. Hal ini jadi memberatkan orang tua siswa. Dalam satu bulan harus merogoh kantong SAR 500,00 (± Rp 2.200.000,00).
Program Matrikulasi sebagai Solusi Inovatif
Merespons situasi tersebut, Sekolah Indonesia Jeddah, sebagai salah satu garda terdepan pendidikan bagi anak-anak Indonesia di wilayah akreditasi KJRI Jeddah, mengambil inisiatif untuk menghadirkan solusi. Mereka memperkenalkan program matrikulasi, sebuah program khusus yang dirancang untuk mengakomodasi anak-anak yang terlambat mendapatkan akses pendidikan formal.
Langkah ini tentu saja bukan tanpa pertimbangan. Dengan memperhatikan usia serta tingkat kesiapan siswa, sekolah mengembangkan kurikulum khusus yang fokus pada pertumbuhan sosial dan akademik siswa. Tujuannya jelas: memastikan setiap siswa dapat kembali ke jalur pendidikan formal sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.
“Pertimbangan psikologis dan ekonomis menjadi hal yang utama. Secara psikologis, yakni umur perkembangan mental anak-anak ini seharusnya sudah di kelas lebih tinggi. Namun, secara administrasi baru masuk sekolah. Selain itu, perbedaan usia yang cukup tinggi dengan rata-rata siswa kelas satu, program matrikulasi menjadi keniscayaan. Program ini dirancang untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotornya. Sedangkan pertimbangan ekonomis, yakni semakin sedikit waktu yang digunakan untuk sekolah formal maka akan semakin sedikit pula biaya pendidikan yang dikeluarkan orang tua. Khususnya trasnportasi dari dan ke sekolah,” keterangan Sutikno, Kepala Sekolah Indonesia Jeddah.
Dukungan Penuh dari Seluruh Elemen
Program inovatif ini ternyata mendapatkan sambutan yang sangat hangat dari berbagai pihak. Guru-guru, staf sekolah, serta komunitas besar Sekolah Indonesia Jeddah memberikan dukungan penuh. Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah dengan adanya pembelajaran intensif dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa. Metode ini memungkinkan pendekatan personal dan mendalam, sehingga mempercepat proses belajar mengajar.
Dengan semangat belajar yang tinggi dari siswa, serta dukungan yang luar biasa dari orangtua dan komunitas, proses matrikulasi berjalan lebih cepat dari yang diperkirakan. Dalam waktu hanya 1,5 bulan, banyak siswa yang sudah mampu bergabung dengan kelas formal sesuai dengan usia mereka.
Dampak Jangka Panjang dan Harapan
Selain memberikan solusi jangka pendek, program matrikulasi ini diharapkan memberikan dampak jangka panjang bagi komunitas PMI di Jeddah. Dengan akses pendidikan formal yang lebih baik, peluang karir dan perkembangan pribadi siswa akan semakin terbuka lebar.
Program matrikulasi tidak hanya menunjukkan komitmen Sekolah Indonesia Jeddah terhadap pendidikan berkualitas, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa pendidikan adalah hak semua individu, tanpa terkecuali. Program ini menjadi tonggak sejarah dalam upaya membangun masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak PMI di Jeddah dan di seluruh dunia.
Sebagai penutup, harapan besar kini tertuju pada Sekolah Indonesia Jeddah dan program matrikulasi mereka. Semoga program ini menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di seluruh dunia untuk selalu berinovasi dan memastikan bahwa setiap anak mendapatkan hak pendidikannya. Di tengah tantangan, ada solusi, dan di balik solusi tersebut, ada masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang. (Sutikno)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 21 kali